Fenomena pernikahan dini di China menjadi sorotan. Pernikahan dengan usia sangat muda di negeri Tirai Bambu itu jumlahnya meningkat tajam. Bahkan usia mempelai dalam pernikahan itu masih belasan tahun.
Fotografer, Muyi Xiao, sebagaimana dimuat Daily Mail, Jumat 15 April 2016, membuat dokumentasi mencengangkan banyak orang tentang fenomena pernikahan dini dalam masyarakat China, yang begitu yakin bahwa anak-anak itu benar-benar saling jatuh cinta.
Simaklah kisah Xiao Jie. Perempuan ini menikah saat usianya masih sangat muda, 13 tahun. Dia menikah tiga hari setelah bertemu dengan Wen, lelaki yang berusia 18 tahun.
Sejoli ini bertemu saat tahun baru China. Saat perayaan hari besar itu, Jie mengunjungi keluarga Wen. Dia menginap, dan menjadi istri Wen. Begitu gampang anak-anak di sana menikah.
Kisah Jie dan Wen ini hanya satu di antara ratusan, bahkan ribuan kasus pernikahan anak di China. Mereka menikah muda, usia belasan, hamil, dan drop out dari sekolah. Kasus semacam ini bejibun jumlahnya, terutama di desa-desa.
Pernikahan yang legal di China sebenarnya mensyaratkan usia minimal 20 tahun untuk perempuan dan 22 tahun untuk pria. Tapi itu bisa diakali. Anak-anak menikah dahulu, hanya diikat dengan sebundel bunga. Pernikahan itu baru didaftarkan setelah mereka cukup umur.
Bergantung Orangtua
Dan lihatlah. Kepala-kepala keluarga yang masih muda itu kerap menggantungkan ekonomi mereka pada orangtua. Meski sudah beristri, mereka masih menodong ibu dan bapak untuk menopang keluarga muda mereka.
Itu pula yang terjdi pada keluarga Jie dan Wen. Mereka tinggal di rumah orangtua Wen, di sebuah desa terpencil bernama Tangzibian. Terletak di pucuk bukit di wilayah Yunan.
Mereka tinggal berdua. Sementara, bapak dan mamak Wen pergi ke Provinsi Anhui, yang jaraknya 1.000 mile atau sekitar 1.600 kilometer, untuk bekerja. Saban akhir bulan, Jie dan Wen dikirimi uang dari Anhui. Dan itulah satu-satunya pemasukan keluarga muda ini.
Berebut Wanita
Beruntung, China pernah menerapkan aturan satu anak –yang diterapkan sejak tahun 1970-an dan dicabut tahun lalu. Aturan satu anak itu membuat warga China selama ini lebih memilih punya anak lelaki ketimbang perempuan.
Akibatnya, perbandingan populasi antara pria dan wanita jomplang. Lelaki lebih banyak dari perempuan. Dan sekarang, lelaki sulit menemukan istri yang cocok. Kaum lelaki bujang di China cenderung berlomba “mengamankan” calon istri mereka. Takut kalah cepat.
Kebosanan...
Dan Jie, istri berusia 13 tahun itu, sekarang bosan! Saban hari harus mengerjakan kegiatan yang hanya itu-itu saja. Berkebun, memasak, dan menyulam. Dari pagi hingga malam. Terus menerus.
Kehidupan sosialnya juga terbatas. Sang suami kerap cemburu dengan teman-temannya. Maklum, mereka menikah sangat muda. Orang bilang belum matang secara emosi.
Jie tidak berpikir dengan masa depannya. Menurut Muyi, kondisi ini akan berlangsung agak lama. Sampai mereka cukup umur, dan kemudian mau tidak mau harus pergi ke kota untuk mencari nafkah.
Muyi menambahkan, salah satu faktor pendorong pernikahan dini ini adalah para gadis yang sangat ingin segera mengikat jalinan kasih mereka, karena takut dijodohkan dengan pria pilihan orangtua yang tidak mereka cintai.
Dan jika pasangan-pasangan muda itu punya anak, mau tidak mau harus bekerja. Pergi ke kota mencari nafkah. Dan anak-anak yang dilahirkan kerap ditinggal bersama kakek atau nenek yang menetap di desa, sudah tak lagi merantau ke kota.
* Bonus new member 10% ( min.100 Ribu ).
* Bonus Weekend Sabtu dan Minggu 10 Ribu ( Min.100 Ribu ).
* Bonus Rollingan 0,3% ( Perminggu ).
* Bonus Referral 15% ( Seumur Hidup ).
* Bonus Deposit 3% ( Min 100 Ribu ).
Fenomena Mengejutkan Sedang Terjadi dalam Masyarakat China
Reviewed by Unknown
on
3:32:00 pm
Rating:
No comments: